Ayah...
ingat tidak sewaktu aku kecil dulu? sewaktu aku masih ingusan dan selalu merengek manja minta kau menyuapiku dan menguncir rambutku
Ayah...
akankah kau ingat disaat kita pergi mancing dipujasera atau kailmas untuk menghabiskan akhir pekan? dengan senang aku menungguimu, menanti ikan-ikan yang berhasil kau kail dengan pancingmu, secontong ice cream, snack-snack kecil dan mie goreng kesukaanku selalu kau suguhkan untukku waktu itu...
Ayah...
aku ingin kembali kemasa itu masa kecil yang penuh dengan kebahagian tawa dan canda bersamamu.
Ayah...
masihkah terekam dimemori tuamu saat-saat kita berdua berangkat beraktifitas kau berangkat kerja dan aku dengan seragam putih abu-abuku dengan siap menuntut ilmu...hanya karena satu jerawat saja kita berdebat untungnya tidak hebat, aku selalu mengeluh dengan jerawat yang menghiasi wajahku. akhirnya kau pun berkata
"lihat orang-orang disekelilingmu mereka masih tetap tersenyumwalaupun wajah mereka bak langit bertebaran bintang dan mereka tidak mengeluh atas jerawat yang ada diwajah mereka...hidup ini apa adanya saja nduk...jalani sesuai dengan skenarionya saja"
aku sempat terdiam untuk beberapa saat dan akupun berkata
"hidup memang harus apa adanya tapi kalau bisa menjadi yang lebih baik mengapa tidak???"
kau tersenyum memandangku, mengusap kepalaku dan berkata
" ini baru anakku yang hebat"
aku bangga pada saat itu walaupun aku sendiri sebenarnya kurang mengerti ucapanku sendiri. lucunya kalau ku ingat saat itu, aku selalu berusaha menjadi lebih dewasa agar kau tidak selalu menganggapku gadis cilik yang harus kau awasi setiap waktu.
Ayah...
kau diam tak banyak bicara, diammu bagaikan emas tapi bicaramu bagaikan berlian yang berkilauan.
Ayah...
aku bersyukur kepada Allah dilahirkan dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga kecil yang hidup sangat sederhana dan sangat bahagia, tiap masalah kita pecahkan bersama-sama dan saling mendengarkan pendapat satu sama lain agar kita dapat saling menghargai, satu yang disakiti maka yang lainpun akan lebih tersakiti satu yang dikhianati dan didzalimi maka yang lainpun ikut merasakannya.
Ayah...
kita bagaikan mata rantai yang tak dapat dipisahkan, dan sekarang walaupun rantai itu telah berpisah-pisah kita tetap bersatu.
Ayah...
kini kau telah percaya padaku untuk melangkah dengan kakiku sendiri kau telah melepaskan aku dari bawah ketiakmu aku tahu sebenarnya dihati kecilmu pasti masih ada rasa ragu namun akupun yakin doamu selalu menyertai tiap langkahku.
Ayah...
walaupun masa kecilku tak akan pernah terulang kembali, tapi aku tetaplah menjadi gadis cilikmu yang selalu ingin kau manja aku masih ingin kau marah padaku karena marahmu adalah nasehat buatku disaat jauh seperti ini aku rindu tarikan selimutmu ditengah malam di saat aku tertidur lelap...
Ayah...
mampukah aku melakukan hal yang sama sepertimu kepada gadis cilikku ?
Ayah..
tolong doakan aku ya agar aku dapat memberikan yang terbaik untuk gadis cilikku.
Ayah...
aku berjanji tak akan ada lagi orang yang membuatku menangis sehingga membuatmu sedih atas deritaku.
Ayah...
aku akan terus berusaha menjadi yang soleha agar dapat menjadi kunci pintu syurgamu dan menjadi contoh teladan bagi gadis cilikku
Ayah...
tak akan ada lagi yang dapat merusak kebahagian kita kecuali atas seizin Allah SWT
Ayah...
ini adalah surat dari dalam hatiku yang tak dapat aku sampaikan secara langsung kepadamu ^_^
Terima kasih Yaa Allah kau berikan aku nikmat yang tiada tara,
Kau lahirkan aku ditengah-tengah keluarga yang bersahaja dan penuh kedamaian.
Terima kasih Yaa Allah kau berikan aku nikmat syurga dunia-Mu,
Yaa Allah izinkanlah kami berkumpul bersama disyurga akhirat-Mu pula kelak
Amiiinn...yaarobbalalamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar